Pembaca Menulis
Sepanjang Tahun Diguyur Abu Pabrik Gula
Sepanjang Tahun Diguyur Abu Pabrik Gula
Jawapos, Selasa 14 Juni 2011
Bertahun-tahun, setidaknya selama tujuh bulan dalam setahun, yaitu ketika musim giling Pabrik Gula (PG) Poerwodadi di Glodok, Kabupaten Magetan, April hingga Oktober, kami bersama warga di Desa Manisrejo dan sekitarnya diguyur abu dari cerobong asap pabrik. Lokasi permukiman kami tepat berada di utara lokasi Pabrik Gula milik PTPN XI Jawa Timur di tepi jalan raya Madiun-Ngawi ini.
Walau dekat dengan lokasi Pabrik Gula, kami tidak berarti ikut merasakan manisnya gula. Justru sebaliknya, terasa tersiksa, terlebih ketika memasuki musim kemarau. Angin yang berembus kencang ke utara memicu guyuran abu pabrik mengenai tepat rumah-rumah warga. Terlebih, pada musim giling kali ini, guyuran terasa lebih ’’dahsyat” daripada musim giling tahun-tahun sebelumnya.
Protes warga sudah disampaikan kepada Administratur Pabrik Gula Poerwodadi, namun jawaban yang didapat sangat menyakitkan. “Sudahlah, yang sakit batuk akibat debu ya berobat ke puskesmas. Kalau rumah menjadi kotor ya dibersihkan. Kalau rusak ya silakan diperbaiki.” Ketika ditanya biaya dari mana, dijawab; “Kami juga sudah bayar pajak yang kontribusinya tentu juga ke sarana-sarana umum; disamping kami juga cukup banyak menyerap tenaga kerja musiman dari warga sekitar lokasi Pabrik Gula.’’
Kami sepenuhnya mengetahui, masalah gula dan ketersediaannya merupakan masalah nasional. Karena itu, kami jauh dari keinginan untuk memperoleh kompensasi dalam bentuk apa pun. Jauh pula dari keinginan agar Pabrik Gula tersebut ditutup karena memang tidak mungkin. Kami hanya menginginkan, abu yang menyembur bersama asap dari cerobong bisa dikendalikan. Alat dust collector ternyata tidak senantiasa dioperasikan. Karena menurut pihak pabrik, mengoperasikan dust collector menambah biaya produksi.
HENDRO P., DWI SUHARDIYONO, DAN H MULYADI atas nama warga Kelurahan Manisrejo, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Magetan
0 komentar:
Posting Komentar